Tiga Kelinci dan Istana Pelangi

Kelinci Hitam, Kelinci Belang, dan Kelinci Putih adalah  tiga sahabat karib. Ketiganya ingin sekali mengunjungi istana pelangi. Dari cerita yang mereka dapatkan di sebuah buku di perpustakaan sekolah, instana itu sungguh indah dan menyenangkan. Suasananya sangat nyaman. Segala jenis mainan yang terdapat di dalamnya sangat mengasyikkan. Tidak hanya itu, makanan dan minuman yang tersaji di situ pun sungguh lezat dan menyehatkan. Pokoknya, semua yang terdapat di sana merupakan dambaan semua mahluk. Setiap hari ketiga sahabat karib tersebut berbincang tentang istana pelangi. Bahkan, saking seringnya, seolah-olah mereka telah kerap bertandang ke istana itu.

Mungkin karena pengaruh niat mereka yang kuat, Putri Rosany, penguasa istana pelangi merasa tersentuh. Sang Putri turun dari singgasananya dan datang ke bumi menemui tiga kelinci bersahabat itu. Kepada ketiganya Putri Rosany mengatakan bahwa dirinya mengijinkan mereka datang dan menikmati keindahan istana pelangi selama sepekan. Tapi Sang Putri mengajukan satu syarat untuk itu, ketiganya harus mengerjakan dan menjawab dengan benar 90 soal yang ia ajukan kepada masing-masing. Seluruh soal yang akan diajukan adalah pertanyaan seputar pelajaran yang sudah dipelajari oleh kelinci-kelinci itu di sekolah mereka. Dan, semua soal  itu boleh dikerjakan dalam waktu tiga hari.

Mendengar persyaratan itu, para kelinci langsung menyetujuinya. Terutama Kelinci Putih, dia langsung melonjak senang mendengar persyaratan yang baginya sama sekali tidak berat.

“Aku pasti akan membereskan syaratmu yang mudah itu,” teriaknya girang kepada Putri Rosany.

Di antara temannya, Kelinci Putih memang terkenal memiliki otak yang paling cemerlang. Dialah kelinci terpintar, bukan hanya di antara ketiga karib-berkarib itu, melainkan juga di antara seluruh teman-teman di sekolah. 

Mendengar jawaban Kelinci Putih dan melihat anggukan yakin dua kelinci lainnya, Putri Rosany tersenyum sembari menyerahkan kertas soal kepada masing-masing kelinci itu. Sebelum beranjak pergi, Sang Putri berucap lembut: “Kutunggu kalian di Istana Pelangi. Akan kuutus pengawalku untuk memeriksa pekerjaan kalian di hari ketiga setelah hari ini.”

Begitu Putri Rosany kembali ke kediamannya, Kelinci Hitam dan Kelinci Belang bergegas mengerjakan soal yang diberikan kepada mereka. Jenis soal yang berlainan membuat keduanya harus mengerjakan bagian mereka sendiri-sendiri. Kedua kelinci itu berencana untuk mengerjakan 30 soal setiap harinya sehingga pada hari ketiga, mereka bisa membereskan seluruh soal yang berjumlah 90 buah itu.

Berbeda dengan Kelinci Putih, ia berleha-leha begitu melihat soal-soal itu begitu mudah. Bagi dirinya yang berotak cemerlang, untuk menyelesaikan soal segampang itu, tak perlu waktu sampai berhari-hari. Cukup setengah hari saja, beres!

Pada hari kedua, Kelinci Hitam dan Kelinci Belang kembali mengerjakan soal-soal yang diberikan Putri Rosany.  Target mereka, hari itu seluruhnya tuntas 60 soal. Sedangkan Kelinci Putih tetap berleha-leha. Ia malah mengganggu temannya dengan nyanyiannya yang keras dan melengking.

“Kenapa tak kau kerjakan sedikit demi sedikit soal-soalmu seperti yang kami lakukan?” tanya Kelinci Hitam berusaha menghentikan polah si Kelinci Putih.

“Ah, aku kerjakan sekalian saja besok,” jawab Kelinci Putih sambil tetap berlagak.

Bukankah mengerjakan sesuatu sedikit demi sedikit lebih mudah daripada banyak sekaligus?” imbuh Kelinci Belang.

“Ya, itu untuk kalian yang tak terlalu pintar. Untuk aku yang berotak cermerlang, lebih banyak dari itu pun mampu kukerjakan sekaligus!” sergah Kelinci Putih sambil tetap berleha-leha.

Kelinci Hitam dan Kelinci Belang kembali mengerjakan soal-soal mereka.  Satu per satu soal mereka selesaikan. Setiap kali berhasil membereskan satu soal, hati mereka semakin riang untuk segera mengerjakan soal berikutnya. Karena itu mereka tak merasa lelah dan bosan karenanya.

Di hari ketiga, ketika Kelinci Hitam dan Kelinci Belang telah membereska lebih dari 60 soal, barulah Kelinci Putih mulai bersiap-siap untuk memulai mengerjakan soal bagiannya. Tapi sial, begitu hendak mulai berkonsentrasi, ibunya datang menyusulnya.

“Sudah empat hari ini kamu tunda yang ibu tugasi; mencari dan mengantarkan obat batuk untuk nenek. Baru saja ada kabar, katanya batuk nenek semakin parah. Ibu sedang mengurus adik-adikmu. Nanti setelah ayahmu pulang baru ibu bisa menjenguk nenek. Sekarang, segera kau cari obat batuk di hutan lalu antarkan kepada nenek agar batuknya tak bertambah parah,” katanya.

“Tapi aku mau mengerjakan soal dari Putri Rosany agar bisa berkunjung ke Istana Pelangi,” jawab Kelinci Putih gelagapan.

“Kau boleh ke mana pun setelah mencari dan mengantarkan obat untuk nenekmu. Ini perintah. Lakukan sekarang juga!” sergah Ibu Kelinci.

“Ba…baik, Bu,” ucap Kelinci Putih patuh.

Begitu Ibu Kelinci pergi, Kelinci Putih memandang kedua temannya. Sorot matanya lemah dan wajahnya tampak hendak menangis.

Melihat itu, kedua sahabat karib tersebut langsung tanggap. Kebetulan keduanya telah beres mengerjakan tugas dari Putri Rosany. Mereka mendekat dan membesarkan hari Kelinci Putih.

“Biarlah kami berdua mengerjakan tugas dari Ibu,” ucap Kelinci Hitam.

“Kau selesaikan saja soal-soalmu secepatnya agar besok kita bisa bersama-sama berkunjung ke Istana Pelangi,” imbuh Kelinci Belang.

Mendengar itu, wajah Kelinci Putih kembali ceria. Segera ia membuka lembaran soal yang diberikan oleh Putri Rosany dan mengerjakan secepat-cepatnya. Sementara kedua sahabatnya langsung berlari menuju hutan untuk mencari obat batuk dan mengantarkannya ke rumah nenek.

Ketika pengawal Putri Rosany tiba, semua soal sudah beres. Obat batuk pun sudah didapat dan sudah dikirimkan ke rumah nenek. Dan, ketika mendapat persetujuan bahwa mereka diluluskan untuk  mengunjungi Istana Pelangi keesokan harinya, ketiga sahabat itu pun melonjak  girang. Saat itulah Kelinci Putih merasakan betapa besar jasa kedua sahabatnya dan betapa sombong dirinya.[]

~ o ~
    CATATAN BAGI ORANGTUA
  • Dongeng ini ditulis Agung Bawantara untuk membantu menangani anak yang gemar menunda.
  • Setelah bercerita, jangan menyimpulkan. Biarkan anak mencerna sendiri isi dan moral cerita.
  • Upayakan anak tak merasa dirinya disindir oleh cerita.
  • Perlambat membaca dan beri tekanan yang lebih tegas pada kalimat yang diberi high light. Bila perlu diulang. Ingat, jangan sampai si anak merasa sengaja disindir dengan kalimat itu. 

Post a Comment

Previous Post Next Post