Dengan Dongeng Membangun Moralitas dan Kreativitas

Oleh: Agung Bawantara

Judul: The Values Book for Children 17 Cerita Moral dan Aktivitas Anak
Penulis: Shirley Raines & Rebecca Isbell
Penerjemah: Susi Sensusi
Penerbit: Elex Media Komputindo
Cetakan I : 2002 Tebal: 183 halaman


UNTUK menciptakan karakter-karakter yang indah sebagai awal dari terciptanya kedamaian di dunia, salah satu tempat terpenting adalah keluarga. Sentuhan yang baik bagi seorang anak sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan, akan menumbuhkan pribadi-pribadi yang indah. Dan salah satu bentuk dari sentuhan yang baik tersebut adalah memberi dongeng yang terpilih kepada mereka.

Dongeng? Ya! Menurut Nina A Kartini, psikolog anak di Jakarta,dongeng mempunyai banyak manfaat. Selain dapat menciptakan hubungan yang akrab antara anak dengan orangtua, dongeng juga memberi kontribusi bagi perkembangan anak, menstimulir kemampuan berbahasa si anak, dan meningkatkan kemampuan intelektual anak (Pikiran Rakyat, 9 September 2001).

Selain itu, masih menurut Nina, dongeng juga bermanfaat untuk mentransfer nilai-nilai dan etika secara halus kepada anak. Melalui dongeng yang didengarnya, akan tertanam sikap mental yang bersemangat dan tanggung jawab pada diri si anak. Pesan moral dan ajaran budi pekerti dalam dongeng akan memberikan keteladanan dan panutan bagi anak untuk membimbing perilaku ke arah yang lebih baik.
Namun, hati-hati, tak semua dongeng yang terdapat dalam buku-buku yang beredar di Indonesia menawarkan kisah dan pesan kebajikan. Setidaknya, begitu pengamatan Murti Bunanta, seorang ahli sastra anak dari Universitas Indonesia. Menurut Murti, banyak dongeng atau cerita rakyat yang dituliskan kembali tidak menghormati cerita rakyat itu sendiri, penulisannya tidak dengan pantas sehingga nilai-nilai yang ada dalam dongeng itu menjadi hilang atau berkurang. Cerita rakyat sendiri juga banyak yang dibebani dengan misi yang berlebihan, dan bahkan dikaitkan dengan ideologi. (indonesian@rt.com, 1 Agustus 2001).

Dalam konteks inilah buku The Values Book for Children - 17 Cerita Moral & Aktivitas Anak mempunyai kelebihan. Buku ini tidak saja menyajikan dongeng-dongeng pilihan dengan pesan moral yang universal, tetapi juga melengkapinya dengan panduan cara menuturkannya agar selain menarik untuk didengarkan, pesan-pesan yang terkandung di dalamnya mudah dicerna si anak pendengarnya.

***

SEBAGAIMANA yang dipaparkan dalam Bab Pendahuluan, ke-17 dongeng yang disuguhkan dalam buku ini memiliki jalan cerita yang mudah diikuti. Cerita-cerita itu juga mengandung kata dan ucapan yang berulang sebagai cara untuk menyampaikan pesan.
Misalnya, dalam cerita Kura-kura dan Kelinci yang mengisahkan tentang seekor kelinci yang selalu menyombongkan keahliannya dalam berlari, menantang kura-kura untuk lomba lari, di mana perlombaan ini akhirnya dimenangkan oleh kura-kura.

Sepanjang cerita, kalimat "Si kura-kura terus melangkah, selangkah demi selangkah, dengan lambannya, dan matanya terus menatap jalan di depannya", diulang beberapa kali. Jika dituturkan dengan baik, kalimat itu memang menjadi kontras dengan kalimat "Si Kelinci lari dengan cepat. Di sepanjang jalan, setiap melihat kerumunan penonton, ia membalikkan tubuhnya dan melambaikan tangannya".
Dan memang, di situlah moral ceritanya. Pada akhir cerita dituliskan bahwa setelah memenangi perlombaan, si kura-kura berkata kepada si kelinci yang kebingungan karena dikalahkan oleh seekor binatang yang berjalan sangat lamban. Katanya, "Saya menyusul kamu ketika kamu sedang tertidur. Saya mungkin saja lamban, tetapi mata saya selalu menatap tujuan. Dengan pelan dan mantap, saya memenangkan perlombaan lari ini."

Lalu, di bagian bawah halaman, tepat di akhir cerita, dengan tata visual yang mencolok tertulis pesan: "tatapkan mata kamu pada tujuan dan terus bergerak maju" (hlm 28). Dan, hal semacam itu diterapkan pada semua cerita.

***

RUPANYA, dalam pemilihan cerita, Shirley C Raines dan Rebecca Asbell, penyusun buku ini, meyakini sebuah formula dalam memilih dan menuliskan dongeng yang baik. Yakni, bahwa dalam memilih cerita yang baik, selain jalan ceritanya mudah diikuti serta mengandung ucapan yang berulang seperti yang dipaparkan di atas, hendaknya kisahnya dapat ditebak dan kumulatif, lalu berisi sekumpulan kegiatan, mengandung kejadian yang menarik minat, lucu, memiliki akhir yang baik dengan kesimpulan yang sesuai, serta berisi pesan moral yang jelas (hlm 8).

Dengan formula yang bagus itu, buku ini mempermudah para orangtua dalam memilih dongeng untuk diceritakan kembali kepada putra-putrinya. Apalagi buku ini juga disertai dengan "tip umum" bercerita yang baik. Misalnya, selama bercerita hendaklah selalu memperhatikan anak pendengar cerita dan membuat klarifikasi jika dibutuhkan, selalu memberi dorongan kepada si anak untuk berinteraksi dan berpartisipasi, memodifikasi jalan dan panjang cerita untuk menyesuaikan pengalaman dan tingkat perkembangan si anak, menggunakan variasi suara, ekspresi wajah, serta gerakan dan kata-kata berulang untuk melibatkan anak-anak masuk ke dalam cerita. Tip lainnya, hendaklah menggunakan kata-kata dan deskripsi yang tepat untuk membantu si anak membayangkan kejadian di dalam cerita, dan ulanglah cerita yang sama berkali-kali, karena dengan begitu anak-anak akan membangun pemahaman mereka terhadap cerita tersebut.

Pada akhir setiap cerita, selain pesan yang disajikan dengan visualisasi yang mencolok, penulis menyertakan "Tip Bercerita", "Pertanyaan", serta saran "Aktivitas dalam Bercerita". Saran-saran dalam "Tip Bercerita" didapatkan dari pengalaman penulis selama bercerita kepada anak-anak. Tip-tip tersebut untuk membantu pembaca cerita mengenali aspek cerita yang spesifik, yang dapat mengembangkan dan menyesuaikan kebutuhan para pendengar anak-anak. Sementara beberapa pertanyaan yang disuguhkan di akhir cerita dimaksudkan untuk merangsang daya imajinasi anak setelah mendengarkan cerita. Namun demikian, penulis tidak menyarankan untuk selalu mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut setiap kali usai bercerita. Menurut dia, kapan pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan, sepenuhnya diserahkan pada sang pencerita yang merasakan langsung perasaan pendengarnya. Kalau tak dipandang perlu, pertanyaan-pertanyaan tersebut boleh tak diajukan sama sekali.
Sedangkan "Aktivitas dalam Cerita" menyajikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan cerita atau ide pokok cerita, yang diharapkan mampu mendorong kreativitas anak. Sebagai contoh, untuk melengkapi cerita "Monyet dan Kelinci" yang pesan moralnya adalah menghargai setiap perbedaan, disarankan untuk bersama-sama membuat gambar wajah monyet dan kelinci. Lalu, setelah digunting, gambar tersebut diberi tangkai dan digunakan sebagai alat peraga-semacam wayang-saat mengulangi cerita.

Atau pada saat bercerita tentang perbedaan tikus kota dan tikus desa, disarankan untuk mengajak anak bercermin lalu bersama-sama membuat ekspresi dan gerakan pantomim yang yang berhubungan dengan kejadian-kejadian dalam cerita.
Menurut penulis, aktivitas-aktivitas tersebut terutama diperlukan oleh pendengar yang belum dapat membaca. Bagi yang sudah, aktivitas-aktivitas tersebut membantu mereka untuk mengingat ide utama dari cerita yang disampaikan.

***

DI halaman-halaman akhir buku ini disediakan "kartu cerita", yang dimaksudkan sebagai alat bantu pembaca untuk mengingat peranan pemain utama, urutan jalan cerita, kata-kata, dan bahkan garis besar cerita. Kartu-kartu tersebut, demikian penulis, sangat praktis digunakan ketika bercerita sehingga pembaca cerita dapat lebih mantap dengan cerita baru, membuat kumpulan cerita yang akan diceritakan, atau untuk mengulang cerita di lain waktu, sehingga akan membantu pembaca cerita, baik yang masih pemula maupun yang sudah berpengalaman.

Dari sisi tata letak (visual), buku yang mencakup empat tema besar (Menjadi Diri Sendiri, Gunakan Akal Kamu, Menghargai Perbedaan, Mendengarkan Musik di Mana-mana) ini cukup baik. Penempatan ilustrasi, panduan gerak ketika bercerita, pesan-pesan, dan alenia-alenia penting dalam cerita sedemikian rupa, memudahkan pembaca saat bercerita, dalam keadaan lelah sekalipun.
Rasanya tak berlebihan jika dikatakan bahwa buku ini adalah salah satu buku penting bagi setiap orangtua yang berikhtiar menjadikan putra-putrinya berkarakter indah sehingga kelak akan turut memberi sumbangan bagi terciptanya kedamaian di Bumi ini.

Tulisan ini pernah dimuat di harian Kompas - Sabtu, 18 Mei 2002

Post a Comment

Previous Post Next Post