Putri Larasati dan Pangeran Penyembuh

Di sebuah kerajaan yang makmur, hiduplah seorang Putri jelita. Putri Larasati, namanya. Tidak hanya parasnya yang rupawan, hatinya pun sungguh menawan. Putri Larasati sangat rajin belajar dan sangat baik terhadap para abdinya. Jika memiliki sesuatu yang menyenangkan, Sang Putri tak pernah lupa menyisihkan untuk para dayang. Saat melihat orang tua renta sedang menyeberang jalan, Sang Putri tak segan turun dari keretanya, mengulurkan tangan dan membantu orang itu melintas. Karena kebaikan hatinya tersebut Putri Larasati menjadi pujaan semua orang di kerajaan. Seluruh rakyat; tua-muda, laki-perempuan, miskin-kaya; menyayanginya sepenuh hati.

Namun, ada satu yang tak senang dengan kebaikan Sang Putri. Dia adalah Dewi Maheni,  sepupu Sang Putri. Sesungguhnya, bukan kebaikan Putri Larasati yang tak ia sukai, melainkan kemasyuran dan kecintaan rakyat terhadapnya. Semua itu membuat hatinya iri dan dengki. Dan, untuk menyalurkan kedengkiannya itu ia menebarkan sihir dengan mantra yang ia peroleh dari seorang penyihir jahat. Dengan sihir itu, Dewi Maheni membuat Putri Larasati kehilangan napsu makan. Sang Putri jadi sangat malas makan. Setiap berhadapan dengan makanan ia merasa harus menunda selama mungkin untuk menghabiskannya. Karena kebiasaan barunya itu, wajah Putri Larasati tampak tak segar lagi. Pipinya menjadi cekung. Tubuhnya berubah kurus dan lemah. Tak lagi ia tampak cekatan dan riang, tetapi selalu lesu tak bergairah.

Telah beratus tabib didatangkan untuk mengatasi keadaan Putri Larasati. Tak satu pun berhasil menanganinya. Berbagai obat mujarab telah dicoba, tetap saja Sang Putri enggan menyuap makanan. Sang Raja dan semua kerabat istana cemas. Begitu pula seluruh rakyat di negeri itu. Mereka heran mengapa Sang Putri enggan makan, padahal makan dengan baik itu sungguh menyenangkan. Hanya satu orang tak bersedih, Dewi Maheni. Ia justru bersuka-cita melihat keadaan Putri Larasati yang demikian.

Karena susah makan, tubuh Putri Larasati perlahan melemah. Kulitnya pucat, rona matanya meredup. Semakin hari pesona Sang Putri semakin memudar. Tak jarang, pada saat acara penting di depan rakyat, Putri Larasati jatuh pingsan akibat kekurangan asupan. Seperti sekuntum mawar yang makin layu, keriangan orang-orang yang dulu memujanya pun menguncup.

Mendapati kondisi dirinya semakin buruk, Putri Larasati berusaha keras mengatasinya. Dia tak mau  terus-menerus terpuruk seperti itu. Setiap menjelang tidur Sang Putri khusyuk berdoa mohon petunjuk dan suatu hari petunjuk itu datang melalui mimpi. Dalam mimpinya, Sang Putri didatangi seorang perempuan tua berwajah bijak yang menyuruhnya diam-diam pergi ke tepi sungai terdekat dari istana untuk mendapat pertolongan.

Benar saja, setelah tertatih-tatih dalam penyamaran, di tepi sungai Sang Putri  berjumpa dengan seorang pangeran tampan dari kerajaan seberang. Pangeran Teguh Hati, namanya. Sang pangeran adalah seorang yang cakap dan bijaksana. Ia mahir dalam ilmu bela diri. Juga mumpuni untuk urusan sihir-menyihir. Ia telah bertualang ke berbagai benua. Dalam petualangannya itu ia menaklukkan tujuh naga dan delapan penyihir jahat. Dan saat ini, ia tengah terpanggil untuk membantu menyembuhkan Putri Larasati. Begitu berjumpa, entah kenapa, keduanya seperti langsung tahu tujuan masing-masing. Seperti ada getaran gaib yang sengaja mempertemukan mereka.

Saat pertama kali mendengar kabar tentang kebiasaan Putri Larasati, Pengeran Teguh Hati heran mengapa ada orang yang enggan makan, padahal makan dengan baik itu sungguh menyenangkan. Namun begitu bertemu langsung dengan Sang Putri, Pangeran langsung tahu bahwa penyebab susah makan itu adalah kekuatan mantra penyihir yang menyengkram pikiran Sang Putri. Untuk itu Sang Pangeran pun melawannya dengan kekuatan mantra saktinya. Bertempurlah mantra Penyihir dengan mantra Pangeran. Keduanya membentuk kepulan asap tebal. Mantra penyihir menjelma naga hitam, sedangkan mantra Pangeran menjelma burung rajawali. Dan, pertempuran itu dimenangkan oleh naga hitam. Matra penyihir terlalu kuat untuk dikalahkan oleh mantra Pangeran.

Pangeran Teguh Hati tak menyerah. Ia mengheningkan cipta meminta petunjuk Tuhan. Dalam keheningan itu ia mendapat petunjuk yang langsung diterapkannya pada Putri Larasati. Mula-mula pangeran Teguh Hati membuka perbekalannya dan menyuguhkan pada Sang Putri. Tapi Sang Putri menolaknya.

“Aku tak ingin makan. Nafsu makanku sudah lama hilang,” ucapnya sambil menggeleng lemah.

Pangeran memandangnya. Wajah tampannya tampak begitu sabar.

Makanlah sesuap saja. Sambil tersenyum. Kau akan merasakan kenikmatan tak terkira,” ujarnya.

Melihat wajah tulus Sang Pangeran, Putri Larasati menurut. Benar saja, begitu ia menyuap makanan itu sembari tersenyum, hatinya yang bungah membuat makanan itu terasa sangat lezat. Begitu Sang Putri mengunyah dan menelannya, Pangeran Teguh Hati langsung berkata, “Segeralah memasukkan suapan berikutnya, agar sambung-menyambung kenikmatan sebelumnya dengan kenikmatan yang baru. Tetaplah menyuap sambil tersenyum.

Putri Larasati menurut. Dan, lagi-lagi ucapan Sang Pangeran benar adanya. Ia merasakan kenikmatan tak terkira ketika menyuap kembali makanannya sembari tersenyum.  Dan, begitu makanan itu masuk ke tenggorokan Sang Putri, Sang Pangeran kembali berkata, “Segeralah memasukkan suapan berikutnya, agar sambung-menyambung kenikmatan sebelumnya dengan kenikmatan yang baru. Tetaplah tersenyum.

Begitu berulangkali. Tanpa terasa Sang Putri telah memasukkan 26 suap makanan ke dalam mulutnya, mengunyah dan menelannya dengan hati riang. Pada suapan ke-27, seketika tubuh Sang Putri bercahaya. Cahaya itu memancari Sang Pengeran dan memberinya kekuatan baru untuk melawan naga siluman si penyihir. Naga itu pun takluk dan malah berbalik tunduk pada Sang Putri. Ia  melaporkan pada Sang Putri bahwa Dewi Mahenilah biang kerok kejadian itu.

Sejak saat itu, Putri Larasati selalu makan dengan sikap baik dan hati riang. Kesehatan dan kecantiknnya pulih kembali. Tak lama kemudian ia bertunangan dan menikah dengan Pangeran peyembuhnya. Sebagai hadiah pernikahan, Putri Larasati mengampuni Dewi Maheni yang telah mengakui kesalahannya dan berjanji selalu bersikap baik pada setiap orang.[]

~ o ~


    CATATAN BAGI ORANGTUA
  • Dongeng ini ditulis Agung Bawantara untuk membantu menangani anak yang malas makan.
  • Setelah bercerita, jangan menyimpulkan. Biarkan anak mencerna sendiri isi dan moral cerita. Jika memungkinkan lebih baik ajak si anak berdiskusi soal isi cerita dan pancing mereka menjadi pengulas yang hebat.
  • Upayakan anak tak merasa dirinya disindir oleh cerita.
  • Perlambat membaca dan beri tekanan yang lebih tegas pada kalimat yang diberi high light. Bila perlu diulang. Ingat, jangan sampai si anak merasa sengaja disindir dengan kalimat itu. 

Post a Comment

Previous Post Next Post