Tentang Kerja # 02

Oleh : Agung Bawantara

http://diegochrist.blogspot.com
Telah kau ayunkan langkah. Demikianlah semestinya. Sebab kakimu tetap akan bergerak sekalipun terikat erat dengan utas terkuat dan terpancang ketat di tonggak terberat. Lalu, badanmu pasti mengikutinya dengan seluruh peluh. Gunung sawah-ladang itu luruh, luluh seluruh dalam selokan maya yang panjang. Memang, tak sejengkal pun kau tampak beranjak.

Tahukah kau seberapa besar tenagamu terkuras untuk itu? Sekuat daya yang kau lunaskan untuk menggali tanah dan membuat perigi untuk menemu mataair!

Maka keputusanmu untuk melangkah, benar adanya. Telah kau salurkan sesuatu ke mana semestinya ia harus  mengarah. Telah kau kicaukan decit sendi-sendi dengan nada mana ia semestinya dibunyikan. Tinggal lagi kau tentukan titik tuju. Ini adalah kecerdasan pertama para pencari; membuat kiblat mewujud sehingga iman tepat menjaganya.

Bekerja tak ubahnya menapaki jalan panjang menuju kiblat. Di sepanjang jalan akan kau temui berlaksa pemandangan. Jika riang hatimu, indahlah tampaknya. Jika kusut, bobroklah tercitra. Hati-hati, pada jangkauan pandang yang mudah membuat langkahmu jemu. Tapi tak apa. Rasa jemu terkadang kau perlukan. Ia adalah pegas bagi gejolak yang melonjak. Kehadirannya secara berkala membuat lututmu terlatih melontarkan lompatan. Lebih tinggi. Lebih jauh.

Jika rasa jemu melebihi kesanggupanmu beranjak, kau berhenti di titik yang tak kau kehendaki sama sekali. Kau pun akan tua dan berkarat. Pikun dan lupa kiblat. 

Maka, buatlah gambaran indah tentang kiblatmu. Lekatkan di pelupuk agar kau selalu merasa sudah sangat dekat dengannya. Merasa begitu rapat dengan tujuan, membuatmu senantiasa bergairah melakukan apa pun.

Post a Comment

Previous Post Next Post