Kisah Si Botol Rusak



Dongeng oleh Agung Bawantara


Di atas meja kayu di sebuah toko keramik kecil, berjajar tujuh botol keramik yang cantik. Masing-masing botol memiliki bentuk yang elegan, dengan leher yang ramping dan tubuh yang mengilap. Mereka semua baru saja selesai dibakar, mengeluarkan kilauan indah di bawah cahaya matahari yang masuk melalui jendela toko.


Namun, di antara mereka, ada satu botol yang berbeda. Bentuknya tidak seanggun yang lain. Lehernya sedikit miring, dan tubuhnya tampak bengkok. Inilah si botol rusak, satu-satunya di antara tujuh botol yang tidak sempurna.


Si botol rusak merasa sangat sedih. Ia menyaksikan bagaimana botol-botol lain selalu dipuji dan diambil oleh pelanggan yang datang ke toko. Setiap kali seorang pembeli mendekat, mereka akan meneliti botol-botol dengan hati-hati, dan tanpa ragu memilih yang paling sempurna. Tidak ada yang melirik si botol rusak.


“Mereka begitu cantik,” pikir botol rusak dalam diam. “Sedangkan aku… tak ada yang akan memilihku.”


Suatu hari, seorang wanita muda datang ke toko. Ia sedang mencari botol untuk menyimpan minyak wangi yang berharga. Matanya bersinar saat melihat deretan botol yang indah di atas meja. Dengan hati-hati, ia mengangkat satu per satu, memperhatikan setiap detail.


Botol rusak menahan napas, berharap, meskipun ia tahu tak mungkin dirinya terpilih. Dan benar saja, wanita itu hanya melewatkan pandangannya. Ia mengambil botol yang paling cantik, lalu meninggalkan toko dengan senyuman di wajahnya.


Hati botol rusak hancur. “Aku benar-benar tidak berguna,” gumamnya. "Aku bahkan tak layak dipandang."


Hari-hari berlalu, dan botol-botol lain satu per satu diambil oleh pelanggan. Si botol rusak dipindahkan ke meja lain karena meja tersebut akan diisi oleh tujuh botol baru yang sempurna bentuknya. Maka Si botol rusak semakin tersisih. Ia merasa semakin tak berarti.


“Apa gunanya aku ada di sini jika aku hanya menjadi barang yang tak terpakai?” keluhnya.


Namun, pada suatu sore, seorang pria tua dengan pakaian lusuh masuk ke toko. Ia bukan pembeli yang biasa datang ke toko keramik itu. Ia tampak seperti seorang petani sederhana, dengan wajah yang lelah dan tangan yang kasar akibat kerja keras. Pria tua itu mengelilingi toko dengan penuh rasa ingin tahu.


Ketika ia melihat si botol rusak yang tertinggal di meja, ia tersenyum lembut. "Ah, kau terlihat berbeda," katanya pelan sambil mengangkat botol itu. “Kau tidak sempurna, tapi terasa nyaman di gengamanku. Dan, aku yakin kau bisa menampung apa yang kubutuhkan.”


Botol rusak terkejut. Ia tak percaya ada seseorang yang akhirnya memilihnya, meskipun ia tahu dirinya tak sempurna. Pria tua itu membayar dengan beberapa koin dan membawa si botol pulang.


Di rumahnya, pria tua itu mengisi botol dengan air bersih dari sumur. Meski bentuknya tidak lurus, botol itu mampu menampung air tanpa bocor. Setiap hari, pria tua itu menggunakannya untuk menyirami tanaman-tanaman hias berukuran kecil yang ia tanam pada petak khusus di kebunnya.


Meskipun tidak digunakan untuk menyimpan minyak wangi atau minuman mahal, Si botol rusak merasa sangat bangga. Ia merasa berguna karena air yang ia tampung memberi kehidupan bagi bunga-bunga kecil milik pria tua itu.


“Tak perlu menjadi sempurna untuk berguna,” pikir botol rusak dengan senyum kecil di hatinya.[]