Biji Durian yang Iri dan Biji Mangga


Dongeng karya Agung Bawantara

Di sebuah hutan tropis yang rimbun, jatuhlah sebuah biji durian dari pohonnya yang tinggi menjulang. Biji itu tergeletak di tanah lembab, di antara daun-daun kering dan semak-semak kecil yang tumbuh di sekelilingnya. Dari tempatnya tergeletak, biji durian bisa melihat bagaimana biji-biji perdu dan semak-semak kecil di dekatnya dengan cepat menancapkan akar mereka ke dalam tanah dan dalam waktu singkat berubah menjadi semak-semak hijau yang subur. Melihat itu, biji durian merasa cemburu dan iri. Ia merasa bahwa dirinya tak ada artinya dibandingkan dengan biji-biji kecil itu yang begitu cepat tumbuh dan menghijau.


Hari-hari berlalu, namun perasaan iri biji durian tak kunjung sirna. Ia merasa semakin tertekan setiap kali melihat biji-biji perdu semakin membesar dan kokoh. Di tengah perasaan tak berdaya itu, suatu hari jatuhlah sebuah biji mangga tak jauh darinya. Biji mangga itu tampak tenang meskipun berada di tanah yang sama dengan biji durian. Dengan nada pahit, biji durian bertanya kepada biji mangga, "Mengapa kamu tidak merasa cemburu seperti aku? Lihatlah betapa cepatnya biji-biji perdu itu tumbuh, sementara kita hanya diam di sini tanpa perubahan."


Biji mangga tersenyum bijak, "Setiap biji memiliki takdirnya sendiri,” ujarnya. “Jangan bandingkan dirimu dengan yang lain. Aku akan tumbuh menjadi pohon mangga, dan kamu akan menjadi pohon durian. Kita membutuhkan waktu yang berbeda untuk tumbuh dan berkembang."


Biji durian tak puas mendengar jawaban itu. Ia kembali memandang biji-biji perdu yang sudah berubah menjadi semak-semak yang rimbun dan berkata, "Tapi lihatlah mereka, mereka begitu cepat tumbuh. Aku ingin menjadi seperti mereka!"


Dengan tenang, biji mangga berkata lagi, "Pertumbuhan kita mungkin lebih lambat, tapi ingatlah, saat kita tumbuh, kita akan menjadi pohon yang kuat dan besar. Kesabaran adalah kuncinya."


Waktu terus berjalan, dan lambat laun biji durian mulai memahami kata-kata biji mangga. Dengan tekad yang baru, ia menancapkan akarnya lebih jauh ke dalam tanah, mencari nutrisi yang dibutuhkannya. Meskipun butuh waktu yang lebih lama, ia mulai merasakan dirinya tumbuh. Daun-daunnya yang keras mulai muncul dari tanah, dan batangnya mulai kokoh. 


Tahun-tahun berlalu, biji durian pun tumbuh menjadi pohon durian yang besar dan kuat. Daun-daunnya yang tebal melindungi tanah di bawahnya, dan buah duriannya yang berat mulai menggantung di cabang-cabangnya. Biji mangga juga telah menjadi pohon mangga yang rindang, dengan buah-buah manis yang menggantung di dahannya. Kini biji durian tidak lagi merasa iri. Ia menyadari bahwa setiap tanaman memiliki waktu dan cara tumbuhnya sendiri. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri dan berterima kasih pada biji mangga yang telah mengajarinya tentang kesabaran dan nilai dari pertumbuhan yang lambat namun pasti.***


Tags