Sunta si Semut Pemberani

 


Dongeng oleh Agung Bawantara


Di sebuah koloni semut di dalam hutan, hiduplah seekor semut muda bernama Sunta. Sunta selalu penasaran dengan dunia di luar sarang yang gelap dan aman. Koloni ini dipimpin oleh seekor semut tua yang bijaksana bernama Oplat. Oplat sering terlihat duduk di bawah pohon besar, merenung, dan mengamati semut-semut yang sibuk bekerja.


Suatu sore, Sunta memberanikan diri mendekati Oplat. "Guru Oplat, aku ingin menjadi pintar dan bijaksana. Bisakah kau memberitahuku caranya?"


Oplat tersenyum lembut. "Sunta, jika kau ingin belajar, jelajahilah hutan ini."


"Hanya itu caranya?"


Oplat mengangguk sambil tersenyum tipis.


"Mudah sekali! Aku senang bertualang, jadi akan mudah bagiku untuk pintar."


“Aku percaya kau bisa,” kata Oplat. Tapi ia mengingatkan Sunta untuk selalu waspada. “Semakin jauh kau melangkah, semakin banyak tantangan yang akan kau temui. Dari situlah kau belajar.”


Sunta yang sudah bersemangat, tak begitu memperhatikan pesan itu. Ia langsung berpamitan dan berjanji akan memulai perjalanannya esok pagi.


Esoknya, sebelum matahari terbit, Sunta sudah berada jauh dari sarangnya. Hutan luas dengan suara-suara baru membuatnya semakin penasaran.


Tengah hari, Sunta tiba di sebuah sungai kecil yang berkilauan oleh cahaya matahari. Ia ingin menyeberang, tapi arusnya sangat deras. Sunta mencoba mencari jalan lain, namun tak ada pilihan. Ia pun nekat menyeberangi sungai dengan berjalan di atas ranting. Sayangnya, di tengah jalan, ranting itu patah karena arus deras. Sunta jatuh ke sungai dan terseret. Beruntung, ada daun yang hanyut, dan Sunta segera berpegangan pada daun itu. Daun tersebut membawa Sunta ke sebuah batu besar.


Dengan sisa tenaga, Sunta memanjat batu dan berhasil sampai di puncaknya. Namun, ia terjebak di tengah sungai, dikelilingi arus kuat. Sunta tak punya pilihan selain menunggu. Saat itulah ia menyadari bahwa kadang-kadang, menunggu lebih bijak daripada bertindak tanpa arah.


Setelah sekian lama, Sunta melihat seekor katak besar melompati batu demi batu untuk menyeberangi sungai. Ketika katak melompat ke batu tempat Sunta berada, ia cepat-cepat melompat ke punggung katak. Dengan lompatan katak, Sunta berhasil mencapai tepi sungai.


Setelah menyeberang, Sunta melanjutkan perjalanan dengan lebih hati-hati. Namun, malam tiba dan hutan berubah menjadi penuh bayangan dan suara-suara aneh. Sunta mulai merasa takut saat tiba-tiba seekor laba-laba besar mengintai dari atas dedaunan. Laba-laba itu mulai menenun jaringnya, mencoba menjebak Sunta.


Sunta berusaha melarikan diri, tapi jaring laba-laba menempel di kakinya. Ia mencoba menggigit jaring itu untuk membebaskan diri, tetapi laba-laba semakin mendekat. Saat Sunta hampir terperangkap, ia mendengar suara gemuruh dari kejauhan—sekelompok semut prajurit dari koloni lain sedang berpatroli.


Sunta segera berteriak meminta bantuan. Semut-semut prajurit mendengar panggilannya dan datang berlari, menggigit jaring laba-laba, dan menyelamatkan Sunta. Dengan tubuh yang masih gemetar, Sunta berterima kasih kepada mereka, dan para prajurit mengiringinya keluar dari area berbahaya.


Setelah melewati dua bahaya besar, Sunta akhirnya menemukan sebuah pohon besar dengan daun lebar. Di bawah pohon itu, ia melihat pemandangan indah—ladang bunga berwarna-warni yang belum pernah ia bayangkan. Sunta menyadari bahwa dunia ini jauh lebih besar dan berbahaya, namun juga penuh dengan keindahan yang luar biasa.


Sunta kembali ke sarang membawa banyak cerita dan pengalaman. Ketika ia menemui Guru Oplat, sambil membungkuk Sunta berkata, "Guru, aku telah melihat banyak hal, tapi aku tahu masih banyak lagi yang belum kumengerti."


Oplat hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Malam itu, di bawah cahaya bulan, Sunta merenungi petualangan yang telah dilaluinya dan memimpikan tantangan baru yang menunggu di depan.***