Jepu Tupai Juara Melompat

Ini pelajaran melompat yang ke-100. Pelajaran di mana para tupai dilatih untuk melompati dahan-dahan dengan cara yang benar. Cara yang membuat mereka dapat melakukan lompatan jauh dan akurat hanya dengan sedikit tenaga. Cara yang juga membuat kesalahan perhitungan dapat dihindari. 

Seperti pelajaran-pelajaran sebelumnya, semua tupai menyimak pelajaran dengan seksama. Mereka memusatkan perhatian dengan baik pada setiap ucapan gurunya. Ya, semua. Kecuali  Jepu.  Tupai bertubuh bongsor itu tidak bisa berkonsentrasi dalam waktu lebih dari sepuluh detik. Jika ia memberi perhatian pada sesuatu, pada detik ke-sebelas perhatiannya langsung beralih ke hal yang lain. Lalu, setelah sepuluh detik memperhatikan hal baru, pada detik ke-sebelas perhatiannya kembali beralih untuk hal yang lain lagi. Begitu seterusnya.

Karena itulah, setiap mendapat pelajaran praktek melompat, Jepu paling sering melakukan kesalahan. Memang tak sampai terpeleset dan terjatuh. Tetapi cara melompat dan menyengkramnya terlihat kurang tepat sehingga ia kerap jadi bahan tertawaan teman-temannya.

Berkali-kali guru mengingatkan Jepu agar berusaha memusatkan perhatian pada pelajaran. Tak pernah berhasil.  Benar-benar tidak mudah bagi Jepu untuk melakukan itu. Celakanya, dia sendiri merasa hal itu bukan persoalan besar. Toh selama ini semua berjalan baik-baik saja. Sekalipun cara melompat dan menyengkramnya berbeda dari ajaran gurunya, sejauh ini dia dapat melompati dahan pohon mana pun dengan selamat.

Tapi, merasa jengkel terus ditegur dan ditertawai, Jepu mengadu pada ibunya. “Aku kan punya cara melompat sendiri, kenapa sih semua harus sama dengan guru?” gugat Jepu.

Mendengar keluhan itu, Ibu hanya tersenyum.  Lalu, sambil merengkuh Jepu ke dalam pelukannya, ia berkata lembut.

“Benar, kita semua memang punya cara sendiri dalam melakukan sesuatu. Tapi yang disampaikan gurumu itu adalah cara terbaik berdasarkan pengalaman para tupai terdahulu,” ucapnya. 

“Lalu apa gunanya, toh nanti kita tak akan melompat dengan cara yang persis sama?” sergah Jepu.

“Setidaknya kau jadi tahu rahasia-rahasia,” balas Ibu.

“Rahasia?”

“Ya, rahasia yang membuatmu tak mengulang kesalahan para tupai terdahulu.”

Jepu diam. Biasanya, pikirannya langsung melayang ke hal yang lain. Tapi, kali ini tidak. Ia memikirkan sungguh-sungguh perkataan ibunya.

Ibu tahu kau enggan menahan pikiranmu berdiam sedikit lama di satu topik. Ibu tahu kau tak ingin menambahkan beberapa menit saja dari yang selama ini bisa kau lakukan. Ibu tahu hal itu karena kau enggan merasakan kenikmatannya,” ucap Ibu sembari mengelus kepala Jepu hingga ia tertidur.

Keesokan harinya, pelajaran melompat yang ke-101. Seperti biasa, guru menerangkan lebih dulu lalu memberi contoh-contoh. Pada pelajaran kali ini, tak seperti biasa, Jepu duduk di deret paling muka.  Ia pun memperhatikan pelajaran dengan seksama. Rupanya pagi itu Jepu ingin membuktikan bahwa ucapan ibunya tidak benar. Jepu juga ingin membuktikan bahwa dirinya bisa jenak menyimak pelajaran lebih dari yang selama ini bisa ia lakukan.

Mula-mula ia menahan pikirannya untuk bertahan hingga dua menit. Setelah berhasil, dia menambahkan menjadi tiga menit.  Lalu empat, lima dan seterusnya. Tanpa sadar, pelajaran sudah usai. Dan ketika praktik dilakukan, tak satu tupai pun menyangka bahwa Jepu bisa begitu hebat. Ia tampil sebagai tupai tercepat dan tertepat.

Dalam pelajaran-pelajaran lain, Jepu melakukan hal serupa. Ia pun selalu muncul sebagai juara. Setidaknya, ia selalu jauh lebih baik dibanding banyak teman-temannya.[]

~ o ~

    CATATAN BAGI ORANGTUA
  • Dongeng ini ditulis Agung Bawantara untuk membantu menangani anak yang kurang fokus.
  • Setelah bercerita, jangan menyimpulkan. Biarkan anak mencerna sendiri isi dan moral cerita.
  • Upayakan anak tak merasa dirinya disindir oleh cerita.
  • Perlambat membaca dan beri tekanan yang lebih tegas pada kalimat yang diberi high light. Bila perlu diulang. Ingat, jangan sampai si anak merasa sengaja disindir dengan kalimat itu. 

Post a Comment

Previous Post Next Post