Banta si Kucing Petualang dan Batu Cahaya


Dongeng karya Agung Bawantara


Di sebuah hutan, hiduplah seekor kucing bernama Banta. Kucing berbulu abu-abu mengkilap itu tinggal di sebuah rumah tua yang terletak di tepi sungai.

Sejak kecil, Banta dikenal sebagai kucing yang gemar bertualang. Setiap hari, ia mengarungi tepi sungai, melewati pohon-pohon besar yang rindang, dan melompati bebatuan yang licin dengan lincahnya. Namun, ada satu hal yang selalu membuatnya gelisah, yaitu rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan.

Suatu hari, saat menjelajah lebih dalam ke tengah hutan, Banta menemukan sebuah gua tersembunyi di balik belukar. Gua itu gelap dan sunyi, namun ada sesuatu yang menarik perhatian Banta: cahaya kecil yang berkelip-kelip dari dalam. Dengan berani, ia melangkah masuk, mengikuti kilau cahaya yang seolah memanggilnya.

Di dalam gua, Banta menemukan sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Di tengah ruangan yang luas, terdapat sebuah batu permata besar yang bersinar terang. Batu itu berkilauan dalam warna yang tak terhitung jumlahnya, seakan mengandung seluruh cahaya bintang di malam hari. Banta terpesona, dan saat ia mendekat untuk menyentuh batu tersebut, sebuah suara lembut terdengar.

“Selamat datang, Banta,” suara itu berkata. “Aku adalah Penjaga Cahaya. Sudah lama aku menunggu kedatanganmu.”

Banta terkejut, tetapi ia mendengarkan dengan penuh perhatian. Penjaga Cahaya menjelaskan bahwa batu permata itu memiliki kekuatan untuk menerangi dunia, tetapi hanya bisa digunakan oleh mereka yang berhati murni dan penuh keberanian.

“Tugasku adalah menjaga agar cahaya ini tetap bersinar,” lanjut suara itu. “Namun, aku membutuhkan seseorang yang bisa membawanya keluar dari kegelapan gua ini dan menyebarkan cahayanya ke seluruh penjuru negeri.”

Tanpa ragu, Banta mengangguk setuju. Ia merasakan panggilan dalam hatinya untuk membawa cahaya tersebut keluar dari gua dan menerangi dunia. Dengan bantuan Penjaga Cahaya, ia mengangkat batu permata itu dan membawanya ke luar gua.

Namun, dalam perjalanan keluar dari gua, Bunta bertemu dengan seekor musang licik bernama Klimpi. Klimpi, yang telah mengintai Bunta sejak awal, melihat kesempatan untuk mencuri batu permata tersebut untuk keuntungan pribadi. Dengan tipu daya, Klimpi mencoba membujuk Bunta.

“Bunta, teman baikku, batu itu sangat berbahaya. Berikan padaku, dan aku akan memastikan tidak ada yang terluka,” kata Klimpi dengan senyuman manis yang penuh kepalsuan.

Bunta, yang sudah merasakan getaran kebaikan dan kejujuran dari batu permata tersebut, menyadari niat buruk Klimpi. Ia menolak dengan tegas, “Tidak, Klimpi. Cahaya ini bukan untuk disimpan sendiri. Ini untuk seluruh hutan.”

Merasa kecewa, Klimpi menunjukkan sisi aslinya dan menyerang Bunta. Pertarungan sengit terjadi di mulut gua. Meskipun musang itu lincah dan licik, Bunta berhasil menggunakan ketenangannya untuk menghindari setiap serangan dan akhirnya menjebak Klimpi dengan batu-batu kecil yang ada di sekitarnya.

Setelah berhasil melewati si musang, Bunta melanjutkan perjalanannya untuk menyebarkan cahaya. Namun, tantangan lain menanti. Di tengah perjalanan, ia dihadang oleh sekawanan serigala yang dipimpin oleh serigala hitam besar bernama Gento. Gento, yang dikenal karena kebengisannya, tidak ingin cahaya menyinari wilayah kekuasaannya yang gelap.

“Bunta, tinggalkan batu itu dan tidak ada yang akan terluka,” gertak Gento dengan suara yang dalam dan menakutkan.

Bunta tahu bahwa melawan Gento dan kawanan serigalanya bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan hati yang teguh, ia menjawab, “Cahaya ini adalah harapan bagi kita semua. Aku tidak akan membiarkanmu menghentikannya.”

Gento sangat marah mendengar ucapan Bunta. Ia menyeringai dan memberi isyarat pada anak buahnya untuk menyergap Bunta. Di saat kritis itu, hewan-hewan penghuni hutan tiba-tiba datang membantu. Rupanya, mereka terinspirasi oleh keberanian Bunta menghadapi Klimpi untuk menjaga batu cahaya itu demi menerangi hutan. Hewan-hewan itu pun bergabung dan bahu-membahu membantu Bunta mempertahankan batunya. Dengan bekerja sama, mereka berhasil mengalahkan Gento dan memaksa gerombolan srigala itu pergi menjauh.

Begitu keluar, cahaya dari batu permata itu menyebar ke seluruh hutan, mengusir kegelapan dan menghidupkan kembali setiap sudut yang suram. Tumbuhan-tumbuhan yang layu kembali segar, dan binatang-binatang yang ketakutan keluar dari persembunyiannya. Hutan yang dulu sunyi dan menyeramkan kini menjadi tempat yang penuh kehidupan dan kebahagiaan.

Bunta, si kucing petualang, kini menjadi pahlawan yang dikenal di seluruh negeri. Dengan keberaniannya, ia berhasil membawa cahaya ke dunia yang gelap dan membuktikan bahwa hati yang murni dan niat yang baik dapat mengubah segalanya.***

Tags