Dongeng Agung Bawantara
Di sebuah semak, hidup seekor belalang sembah bernama Saka, yang terkenal bijaksana dan penuh semangat. Saka selalu siap membantu teman-temannya: ketika ada semut yang tersesat, Saka hadir untuk menuntun; ketika lebah kesulitan mencari bunga, Saka menunjukkan jalan. Ia merasa yakin bahwa teman-temannya pun akan selalu ada ketika ia membutuhkannya.
Suatu hari, badai besar melanda hutan, dan Saka yang tengah berada di pinggir hutan terjebak di bawah ranting-ranting besar yang berjatuhan. Ia berusaha mengangkat ranting itu dengan segenap kekuatan, namun tubuhnya terlalu kecil untuk menggesernya. Saka mulai khawatir, lalu berteriak meminta pertolongan.
Melihat kawanan semut melintas, ia memanggil mereka dengan harapan mereka bisa membantunya. Namun, pemimpin kawanan itu mendekat dengan wajah penuh penyesalan. “Maafkan kami, Saka. Kami harus membawa makanan kembali ke sarang sebelum hujan turun. Anak-anak kami akan kelaparan jika kami terlambat.” Saka mengangguk perlahan, walaupun hatinya sedikit kecewa. Ia memahami bahwa semut-semut itu juga memiliki tanggung jawab.
Beberapa waktu kemudian, seekor lebah terbang mendekatinya. Saka merasa sedikit lega dan berkata, “Tolong, lebah. Aku terjebak di sini.” Namun, si lebah menggelengkan kepala, “Aku harus segera pulang, Saka. Madu di sarang kami butuh penjagaan. Jika tidak, semua lebah muda di kawanan kami akan binasa.” Lebah itu pun terbang pergi.
Saka menyaksikan teman-temannya pergi satu demi satu, dan rasa sepi mulai menyelimuti dirinya. Di hatinya, ia tahu bahwa mereka tidak pergi karena tak peduli, melainkan karena mereka pun sedang menghadapi urusan penting. Meski begitu, rasa kosong dan tak berdaya tetap merayap dalam hatinya.
Saat begitu, tiba-tiba ia teringat dengan perkataannya sendiri yang selama ini selalu ia sampaikan kepada teman-temannya di saat sulit: “Kita punya kekuatan lebih dari yang kita sadari.” Mengingat itu, Saka tersenyum. Ia merasa seperti menemukan kekuatan baru. Perlahan ia mendorong dirinya mencari celah di bawah ranting-ranting yang menutupi jalan keluar.
Ketika usaha keras yang Saka lakukan terasa akan sia-sia dan belalang sembah itu nyaris menyerah, tiba-tiba seekor burung kecil terbang mendekat. Burung itu membawa ranting tipis untuk sarangnya, dan saat melihat Saka terjebak, burung itu berhenti untuk mengulurkan pertolongan dengan paruh kecilnya. Dengan sedikit bantuan, Saka pun terbebas. Ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih, lalu menatap burung kecil itu dengan rasa syukur yang mendalam.
Saka menyadari sesuatu yang berharga hari itu: meskipun teman-temannya tak selalu bisa hadir, kekuatan sejati datang dari dalam diri dan dari bantuan kecil yang tak terduga. []